Menikmati Tana Toraja ala Backpacker (1) – Mappasilaga Tedong

Serius menonton

Salah satu objek wisata terkenal di Indonesia yang berada di Sulawesi Selatan adalah tana toraja. Ironisnya, sudah lebih 10 tahun tinggal di Makassar, ibukota Sulawesi Selatan, sy belum pernah sekalipun menginjakkan kaki ke sana. Ketika teman2 dari Makassar-Backpacker akan mengadakan gathering di sana, tanpa pikir panjang sy pun langsung mendaftar.

Mappasilaga Tedong, salah satu kebudayaan Toraja

Tapi lagi2 urusan klasik mendera, karena tabungan sudah dipakai ke Batam awal bulan desember ini. “Ah adaji lagi pasti nanti” pikirku. Alhamdulillah, sehari sebelum keberangkatan ke Toraja, akhirnya uang dari inspektorat cair juga, padahal awalnya sy sempat pesimis dengan proyek yang di sana. Perlengkapan tambahanpun dibeli, termasuk juga ransum selama di Toraja.

Kamis 23 Desember 2010, jam 9 malam di Briton Tamalanrea jadi meeting point keberangkatan. Saya baru tiba ketika bus sudah datang dan semua teman2 peserta sudah berkumpul siap berangkat. Sebelum naik ke Bus, pengarahan terakhir dan berdoa sebelum berangkat. Di bus ber-AC itu, saya dapat tempat duduk agak di belakang dan ternyata ada beberapa peserta yang gak kebagian tempat duduk dan terpaksa menggelar matras dan melantai.

Meeting Point Keberangkatan

Makan di perjalanan

Tidak kebagian kursi

Selamat Pagi Toraja, briefing terakhir

Perjalanan yang normalnya sekitar 8 jam, molor jadi ± 11 Jam. Penyebabnya adalah macet di beberapa titik. Yang saya ingat ada 3 titip macet yang kami dapati. Macet pertama di sekitar Segeri-Pangkep, di sini macet yang paling lama. Macet ke-2 di daerah Barru, penyebabnya ada bus yang nyungsep ke sawah dan sedang dievakuasi. Dan yang ke-3 di daerah Enrekang, ada bus yang terguling. Selanjutnya kami melewati orang2 yang lagi latihan tari di Makale sekitar jam 9 dan tiba dipenginapan di Rantepao sekitar jam 10.

Setelah antri mandi, sarapan, istirahat sebentar, selanjutnya menuju meetingpoint berikutnya di Mesjid Raya Rantepao untuk sholat Jum’at. Untuk menuju ke sini sebagian teman² hitchhiking. Namun ada juga yang naik pete2 termasuk saya :D. Tidak sulit menemukan mesjid Raya ini, karena berada di tengah2 pasar Rantepao dan dari jauh menaranya sudah keliatan. Setelah peserta cowok Jum’atan selanjutnya peserta cewek menunaikan sholat dzuhur. Dan ritual di mesjid diakhiri dengan foto berjamaah 😀

Narsis berjamaah ba'dah Jum'atan

Kabar dari om Dodo, di Balusu ada acara tapi belum jelas acara apa. Setelah makan siang di warung dekat mesjid, sebagian peserta berangkat dengan metode hitchhiking dan sebagian lagi…. yah hitchhiking juga hehehhe. Namun ada yang beruntung, kurang beruntung dan sangat beruntung dalam perjalanan ke Balusu. Beruntung karena berhasil mendapatkan tumpangan mobil walaupun cuma truk pengangkut tanah :D. Yang sangat beruntung mungkin rombongan cewek yang kata teman2 adalah rombongan pengajian alias MB syariah *hahahah*. mereka berhasil mendapatkan tumpangan kijang, diantar sampai di Balusu dan pemilik mobil gak marah walaupun  salah satu bagian mobil nya sampe lepas :D. Dan yang kurang beruntung rombongan yang sudah dalam perjalanan namun terpaksa berbalik arah karena rombongan yang di Balusu sudah siap2 pulang.

hitchhiking ke Balusu dengan truk dengan muatan tanah dan tetap ceria walaupun tangan kotor dan hitam

Di Balusu sendiri ketika kami datang sedang berlangsung mappasilaga tedong (adu kerbau). Namun di perjalanan tadi kami sempat berpapasan dengan rombongan mobil yang sepertinya usai menghadiri acara. Mungkin ada acara yang telah selesai sebelum mappasilaga tedong, karena ada beberapa Ibu² yang memakai seragam khas toraja. Ada rasa kasihan melihat kerbau2 yang diadu di lapangan. Cukup lama mereka beradu di atas lapangan dan tidak ada yang mengalah, hingga turun ke airpun belum ada juga yang mengalah. Teman2 yang sudah bosan menyaksikan mappasilaga tedong namun belum ada pemenangnya akhirnya beranjak menuju tongkonan. Setelah puas foto2 dengan spanduk MB, gerimis mulai turun dan teman2 memutuskan untuk pulang.

mappasilaga tedong

Serius menonton

Narsis berjamaah di Balusu

Sebuah truk melintas dan dengan naluri hitchhiking beberapa teman langsung meminta tumpangan, jadilah 20 orang lebih teman2 diangkut di atas truk. Ternyata truknya menuju arah Sa’dan dan katanya di sana lebih banyak mobil yang menuju ke arah Rantepao. Hujan deras mulai turun dan teman2 mulai sibuk melindungi barang2nya (tas, kamera, hp dll). Di Sa’dan rombongan dibagi ke dalam 2 kijang. Di kijang yang saya tumpangi diisi 17 orang termasuk sopir, luar biasa. Formasinya 3-6-5-3 (depan-tengah-belakang-bagasi). yah di bagasi pun bisa diisi 3 orang. Di tengah dan belakang ditumpuk alias pangku²an.

Hitchiking Balusu-Sa'dan, hujan², becek, gk ada ojek

Setelah hampir sejam di perjalanan, kami turun di pasar bolu rantepao. Di sana beberapa peserta lain sudah menunggu. Rute selanjutnya pulang penginapan, sementara seksi sibuk harus belanja snack dulu. Di sini peserta kembali terpecah. Saya bersama made, kakek, nasra, cemma, nandang dan ancha aco akhirnya dapat tumpangan truk yang dari luar keliatan baru, tapi di dalam ada genangan air berwarna dan berbau :D. Sementara sebagian rombongan lainnya sepertinya dijemput dengan Innova sama om Dodo.

Truk Berair Berwarna Berbau

menghindari air berwarna berbau

Perjuangan selanjut ketika tiba di penginapan adalah antri di kamar mandi. Di penginapan hanya ada 2 kamar mandi dengan penghuni dari rombongan MB lebih 30 orang. Jadilah kita harus antri walaupun hanya sekedar untuk berwudhu. Selepas sholat maghrib, rasa ngantuk sudah menyerang dan sukses tertidur dengan pulas serta tidak ikut dalam games dan perkenalan.

*Foto² diambil dari album Facebook LaBolong dan Om Panda*

11 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.