5 Kerajinan Tangan Khas Sulawesi Selatan yang Menarik Dibawa Pulang
Kerajinan tangan selalu memiliki pesona tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke salah satu daerah wisata tujuannya. Termasuk saya yang seringkali mencari-cari kerajinan tangan khas daerah setiap kali sedang traveling atau kunjungan dalam rangka pekerjaan.
Salah satu tips traveling yang kerap saya terapkan adalah mencari informasi sebanyak mungkin melalui om Google sebelum bepergian. termasuk dalam hal urusan kerajinan tangan ini. Mungkin ini juga berkaitan erat dengan jiwa saya yang menyukai segala hal tentang kriya.
Di Sulawesi Selatan sendiri, terdapat beragam kerajinan tangan khas Sulawesi selatan yang sangat menarik hati (dan kadang-kadang juga menguras dompetr hihihi). Kerajinan tangan ini bisa kamu jadikan sebagai buah tangan alias oleh-oleh untuk sahabat dan kerabat ataupun sebagai kenang-kenangan bagi diri sendiri.
Apa saja kerajinan tangan khas Sulsel? Ini dia 5 di antaranya, mudah-mudahan cocok ya untuk teman-teman yang menyukai lifestyle dan traveling. Yuk mari dibaca.
Songkok Bone
Jika menyaksikan upacara adat maupun seremoni yang diadakan di Sulawesi Selatan, mungkin kamu melihat sebuah topi atau songkok yang dipakai para pejabat ataupun pemangku adat. Saat memakai songkok ini biasanya dipadukan dengan jas tutup.
Inilah yang disebut sebagai songkok Bone yaitu songkok atau topi yang berasal dari Kabupaten Bone. Penyebutan lainnya biasa menggunakan songkok recca.
Jika ditelusuri, sebenarnya istilah songkok recca lebih merujuk pada proses pengolahan bahan baku dalam membuat songkok tersebut. Bahan baku utamanya adalah pelepah daun lontar yang ditumbuk dan dipukul (direcca-recca) sehingga hanya serat yang tersisa.
Untuk menganyam serat digunakan acuan menyerupai songkok yang dibuat dari kayu nangka, assareng namanya. Ukuran assareng ini tergantung pada besar songkok yang akan dibuat. Kadangkala songkok ini juga menggunakan hiasan emas. Untuk songkok Bone yang berhias benang emas disebut songkok pamiring tetapi bila menggunakan emas sungguhan, disebut songkok pamiring ulaweng (songkok berpinggir emas).
Miniatur Tongkonan
Tongkonan adalah rumah adat Toraja dengan bentuk atap menyerupai perahu yang terdiri atas susunan bambu meskipun sekarang ini sebagian Tongkonan sudah menggunakan atap seng.
Konon, rumah adat Tongkonan sudah ada sejak jaman dahulu. Istimewanya, dalam membangun tongkonan tidak ada penggunaan unsur logam seperti paku, baut dan lain-lain. DI bagian atap Tongkonan terdapat deretan kepala kerbau yang menggambarkan strata sosial pemilik tongkonan.
Nah miniatur Tongkonan ini merupakan salah satu kerajinan tangan khas Sulsel yang diukir dan dibentuk berdasarkan desain asli. Miniatur Tongkonan merupakan cinderamata yang cukup digemari wisatawan baik lokal maupun internasional. Miniatur tersebut dapat dipesan menurut ukuran yang diinginkan pemesannya, mulai dari yang berukuran kecil hingga cukup besar.
Miniatur Tau-tau
Jika berkunjung ke pekuburan di Toraja seperti Lemo atau Londa, maka kamu akan menemukan patung di area pekuburan tersebut. Inilah yang disebut Tau-tau yang berarti orang-orangan atau patung.
Memang, dalam adat istiadat dan budaya Toraja setiap orang kaya atau bangsawan yang meninggal akan dibuatkan tau-tau dan biasanya diletakkan di sekitar tempat jenazahnya dimakamkan. Dalam pembuatan tau-tau tidak boleh dikerjakan oleh sembarang orang melainkan oleh para pengrajin.
Jaman sekarang, para pengrajin tau-tau tidak hanya membuat tau-tau untuk orang yang meninggal tetapi juga menjadikannya sebagai cinderamata dan oleh-oleh dari Toraja yaitu Miniatur tau-tau. Souvenir tau-tau tidak mengandung nilai sakral karena proses pembuatannya tanpa adanya ritual khusus. Kamu bisa menemukan miniatur tau-tau yang dijual di toko oleh-oleh atau sekitar obyek wisata di Toraja.
Perahu Phinisi
Kapal Pinisi adalah sebuah kapal kayu tradisional buatan tangan kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan di mana gaungnya sudah mendunia karenasudah berlayar dan menjelajah samudera di seluruh dunia.
Kapal Pinisi ini sudah sejak-berabad-abad yang lalu, bahkan menurut catatan sejarah, cikal bakal kapal Pinisi sudah ada sebelum tahun 500-an. Salah satu lokasi pembuatan perahu Pinisi yang populer saat ini adalah Tana Beru di Bulukumba.
Belakangan, miniatur perahu Pinisi semakin banyak dicari wisatawan untuk dijadikan sebagai souvenir kerajinan tangan khas Sulsel. Ada dua jenis kayu yang digunakan untuk membuat miniatur perahu Pinisi yaitu kayu hitam dan kayu putih. Tentu saja harga yang dipatok juga berbeda. Miniatur Pinisi yang menggunakan kayu hitam harganya lebih mahal.
Kain Tenun
Sulawesi Selatan juga memiliki kain tradisional dengan perpaduan warna dan corak yang khas, yang populer adalah kain tenun Toraja dan kain sutera Sengkang.
Untuk mengenali kain tenun Toraja bisa melihat motif, warna dan teksturnya. Semakin rumit motifnya tentu waktu pengerjaan akan semakin lama dan harganya akan semakin mahal. Teknik pewarnaan yang digunakan juga turut mempengaruhi harga, apakah menggunakan pewarna alami ataukah pewarna sintetis.
Sedangkan untuk kain sutera Sengkang, umumnya mengkilap dan tidak mudah kusut. Motifnya pun beragam dan jenis kainnya bervariasi mulai kain semi sutra yaitu campuran katun dan sutra hingga yang 100% sutra. Jadi bisa pilih sesuai selera dan budget yang tersedia tentunya.
**
Di mana bisa membeli 5 kerajinan tangan khas Sulawesi selatan yang disebutkan di atas? Apakah harus mengunjungi masing-masing daerah asalnya?
Ngga juga sih. Kalau kamu sedang berlibur di Makassar, langsung saja ke jalan Somba Opu yang merupakan pusat oleh-oleh khas Makassar dan sekitarnya. Akan kamu temukan deretan toko oleh-oleh yang menjual kerajinan tangan khas Sulsel.
Selamat belanja!