Menikmati Tana Toraja ala Backpacker (2) – Serasa Ziarah Kubur

Sabtu 25 Desember 2010, di luar masih gelap ketika suara sebagian teman² yang bangun untuk menunaikan sholat subuh terdengar. Saya melirik jam, baru jam 5. Hawa dingin toraja masuk melalui jendela yang terbuka di antara tempat tidurku dan tempat tidur made. Bergegas saya turun ke kamar mandi, cuci muka dan berwudhu. Sempat kepikiran untuk sekalian mandi, namun rasanya terlalu pagi dan masih dingin.

Foto² di depan penginapan sebelum berangkat

Truk yang setia menemani berkeliling

Tim kreatif MB sudah membuat jadwal hari ini. Jam 9 tepat kita akan berangkat dengan menggunakan truk. Namun karena panjangnya antrian untuk mandi, jam keberangkatan tetap molor, itupun masih ada beberapa yang gak mandi *lirik² yang gak mandi* hahahahaha. Truk sudah siap, hmmm sepertinya truk yang biasa digunakan untuk mengangkut sapi/kerbau. Tapi di sini lah serunya. 30 orang lebih diangkut dengan truk dengan medan tanjakan dan turunan. Sebelum berangkat, ritual wajib yaitu foto² 😀 *teteup*

Ada 4 objek wisata yang didatangi di hari ke-2 di Toraja ini. Londa, Lemo, Kete’Kesu dan Bori.

1. Londa

Dari penginapan, truk bergerak ke arah selatan dan masuk sekitar 1.8 KM dari jalan poros. Jalur yang merupakan tanjakan, turunan dan berlubang, membuat perjalanan semakin seru karena diiringi teriakan2 penumpang truk :D. Di Londa, sambil menunggu tim negosiator membeli karcis masuk, teman2 berfoto2 dengan tedong bonga yang diikat di dekat gerbang masuk. Tedong yang harganya ratusan juta itu sepertinya sengaja ditempatkan di dekat pintu masuk untuk menarik perhatian.

Tedong bonga di gerbang masuk Londa

Londa merupakan salah satu komplek pekuburan alam yang unik di Toraja. Merupakan goa yang mempunya 2 pintu masuk yang saling berhubungan. Karena merupakan pekuburan di dalam goa yang gelap, teman2 menyewa lampu petromaks sebagai penerangan bersama dengan pemandunya. Saya sempat masuk ke dalam goa dan melihat banyaknya peti mayat yang diletakkan sedemikian rupa di dalam goa. Ada juga sepasang tengkorak yang konon kabarnya merupakan Romeo-Juliet versi Toraja. Sepasang kekasih yang tidak direstui dan mereka memilih bunuh diri.

Tengkorak pasangan Romeo-Juliet versi Toraja di dalam goa di Londa

Tau-tau di tebing di atas pintu masuk goa

Sementara di luar goa, beberapa patung miniatur manusia yang disebut Tau-tau dipajang berjejer di tebing di atas pintu masuk goa. Tau-tau ini merupakan miniatur jenazah yang dikuburkan di dalam goa tersebut. Di sini saya sempat melihat di tebing yang tinggi, ada lubang yang juga terdapat peti jenazah. Kabarnya peti itu isinya jenazah bangsawan toraja. Semakin tinggi penempatan peti jenazah di tebing itu, berarti semakin tinggi derajatnya. Sempat terpikir, gimana caranya mereka menaikkan peti itu ke atas tebing yang tinggi.

Dan seperti biasa, perjalanan ke Londa ditutup dengan ritual wajib. Apalagi klo bukan foto2.

Foto bareng sebelum meninggalkan Londa

2. Lemo

Objek wisata kedua yang didatangi adalah Lemo yang juga ada di selatan Rantepao. Lemo merupakan kompleks pekuburan di lereng bukit batu. Di lereng bukit itu juga dipasang Tau-tau, mirip seperti yang di Londa. Lokasi yang bagus untuk berfoto2 dengan background kuburan dan tau-tau di lereng bukit batu. Setelah puas berfoto², dilanjutkan dengan berkumpul di lapangan dekat tongkonan. Di sini, kakek membagi kami ke dalam 3 kelompok dengan membuat games kapal karam. Saya kebagian dalam kelompok Piranha yang dipimpin Cemma :D.  Dari Lemo kita singgah di penginapan untuk menjemput Irene yang baru pulang dari Natalan di Makale. Karena sudah siang, langsung ke Rantepao untuk makan siang.

Kuburan dinding batu dan tau-tau di Lemo

Foto bersama alias narsis berjamaah

background kuburan di dinding batu

Games kapal karam di Lemo

Kelompok piranha yang dipimpin Cemma

Kelompok babi po'nya'

Kelompok tedong bonga

3. Kete’ Kesu

Tempat ketiga yang didatangi adalah Kete’ Kesu, objek wisata yang wajib dikunjungi bila ke Tana Toraja. Berada di sebelah tenggara Rantepao, dari kejauhan, pemandangan deretan tongkonan di belakang hamparan sawah, menyambut kedatangan kami. Tempat foto² paling bagus dengan background deretan tongkonan. Sebagian teman² langsung foto² di sekitaran tongkonan dan sebagian lagi langsung menuju ke jalanan setapak di dekat penjual souvenir yang ternyata menuju ke pekuburan batu. Kuburan batu di kete’ kesu kabarnya termasuk yang tertua di Toraja.

Rumah adat tongkonan dilihat dari kejauhan di Kete' Kesu

Sambil menunggu seksi sibuk beli tiket/karcis masuk

Rumah adat tongkonan dan lumbung padi

Memasuki daerah pekuburan, suasana mistis sangat terasa. Kuburan² batu di pinggir jalan lengkap dengan Tau-tau dan foto serta peti² jenazah di tebing² batu. Sebagian teman² ke atas tebing yang tingginya ±10 meter, naik melewati jalanan bertangga di pinggir tebing. Melewati peti² jenazah yang sudah tua dan lapuk, bahkan sebagian tulang dan tengkorak berserakan di pinggir jalan. Di salah satu bagian tebing ini juga terdapat goa tempat menyimpan peti jenazah, namun karena tidak membawa alat penerangan, teman² tidak ada yang masuk.

Salah satu makam unik di Kete' Kesu

jalanan tangga untuk naik ke lereng tebing

Kembali ke deretan tongkonan di Kete’ Kesu, setelah semua berkumpul, saatnya mengabadikan kedatangan di Kete’ Kesu. Apalagi kalo bukan narsis berjamaah dengan background deretan tongkonan dan lumbung padi di kiri kanan. Suasana di Kete’ kesu menjadi ramai dengan canda tawa kami. Awalnya di sini kita akan mengadakan games sesuai kelompok yang sudah dibagi waktu di Lemo, namun karena tidak ingin mengganggu pengunjung lain, dialihkan ke parkiran dan ternyata parkiran sempit dan cuaca sepertinya akan hujan. Akhirnya perjalanan dilanjutkan menuju lokasi yang keempat.

Foto berjamaah

Lagi² foto berjamaah dengan background rumah ada tongkonan dan lumbung padinya

4. Bori

Tempat terakhir yang dituju adalah Bori.Hujan sempat menghadang di perjalanan, namun sudah diantisipasi dengan membawa jas hujan, rain coat dan payung :D. Terletak di sebelah utara Rantepao, kami disambut dengan jejeran batu² megalith/menhir yang berjejer rapi. Tanpa dikomando, teman² langsung berhamburan dan menyebar untuk berfoto² di dekat batu² tersebut.

Batu menhir

di atas batu menhir atau simbuang batu

Ternyata bukan hanya jejeran batu² menhir yang oleh orang sana disebut “simbuang batu” yang menjadi daya tarik wisatawan di tempat ini. Di sini juga ada kuburan batu dan kuburan bayi. Yang unik kuburan bayi atau baby grave bukan di dalam batu melainkan di dalam pohon besar. Pohon dilubangi dan disitulah mayat bayi dimasukkan, kemudian ditutup dengan papan kayu dan ijuk, sehingga dari jauh keliatan seperti pohon yang ditambal.

Kuburan batu

Baby grave atau kuburan bayi di pohon

Seperti objek wisata yang dikunjungi sebelumnya, kunjungan ditutup dengan ritual wajib, narsis berjamaah dengan background batu² menhir.

Ditutup dengan foto² berjamaah

Bori menjadi tujuan wisata terakhir kita hari itu. Padahal rencana awal kita juga akan ke Batutumonga juga, namun karena sudah sore, perjalanan ke Batutumonga akan dilanjutkan esok hari. Dari Bori truk langsung mengantar rombongan ke penginapan, melewati Rantepao. 4 Objek wisata di hari kedua perjalanan bersama teman² MB, semuanya merupakan pekuburan, serasa ziarah kubur di hari Natal.

*Foto² diambil dari album FB La Bolong, Om Panda, Kakek, Echa dan K’ Nana*

10 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.